Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Wali Paidi (seri 13)

Sehabis tahlil bersama dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke 2, Wali Paidi ngopi bareng sama warga. Mereka saling berkelompok tiga sampai empat orang membicarakan dan mengenang Gus Dur diselingi adu argumen mengenai apa rahasia di balik sepak terjang Gus Dur di masa lalu. Wali Paidi tersenyum-senyum meihat tingkah laku mereka. Wali Paidi sendiri duduk-duduk bersama empat orang dengan satu cangkir kopi besar berada di tengah. Mereka berlima joinan bersama. Indah dan rukun sekali.

Wali Paidi (seri 12)

Terlihat di sudut terminal orang gila ini tertawa-tawa menikmati makanan dan minuman hasil rampasannya, Wali Paidi berjalanperlahan mendekati orang gila tersebut. Wali Paidi mendekat ke orang gila hingga berjarak sekitar 10 meteran. Sambil menyantap makanan dan minuman, orang gila tersebut berkata, “ Gak usah heran Di. Orang yg dekat dengan Tuhannya, apa yg tidak di ketahui di muka bumi ini. Yg diketahui Gusti Allah juga diketahui oleh para kekasihnya. Apalagi namamu terkenal di langit sana. Namamu seringkali muncul karena seringnya kamu usul kepada Gusti Allah”.

Wali Paidi (seri 11)

Anak buah Gohell yg berjumlah tujuh orang ini lebih heran lagi melihat pemimpin mereka terduduk dan menangis tersedu-sedu di hadapan Wali Paidi. Tanpa dikomando mereka mendekati pimpinan mereka dan membuat pagar betis melingkari Wali Paidi dan Gohell. Mereka berdiri melingkar menutupi mereka supaya orang – orang tidak tahu kalau pimpinan mereka menangis, mereka malu kalau orang-orang melihat pimpinan mereka menangis. Masak pimpinan preman kok nangis…(he..he..he..) Wali Paidi menepuk nepuk pundak Gohell, dan menariknya untuk berdiri lalu berkata, “ Udah mas, aku sama sampeyan ini masih saudara jadi gak usah sungkan”.

Wali Paidi (seri 10)

Sehabis dari acara peresmian toko Mas Kiai mursyid, Wali Paidi pamit pulang. Sebenarnya uang Wali Paidi ini sudah habis sama sekali dikasihkan kepada tamu-tamu Mas Kiai mursyid yg bersarung dan ber kopyah itu sebagai uang kaget. Kaget atas acara yg begitu menghebohkan. Mas Kiai mursyid yg tahu kalau Wali Paidi ini kehabisan uang malah menggodanya, ketika wali Wali Paidi pamit padanya. “Kang, duwit sampeyan kan masih banyak. Jadi aku wes gak usah nyangoni , ini garam aja sampeyan bawa,” ucap Mas Yai musyid. “Hehehe…iya Mas Yai. Terimakasih,” jawab Wali Paidi.

Wali Paidi (seri 9)

Wali Paidi berpenampilan lain dari biasanya, dia tampil gaul sekali, memakai sepatu unkl347. Celana jeans pensil airplane system, dan kaos merk Spilis Infection. Walaupun semua pakaiannya ini pemberian dari adik Mas Kiai mursyid yg kebetulan buka toko pakaian distro. Dan dengan memakai kaca mata BL hitam Invictus, Wali Paidi berangkat untuk memenuhi undangan Mas Kiai mursyid dalam rangka tasyakuran dan pembukaan toko onderdil barunya yang mana semua barangnya lansung didatangkan dari luar negeri. Mas Kiai mursyid ini kalau bisnis memang tidak mau setengah2, sekali terjun beliau langsung menyelam sekalian.

Wali Paidi (seri 8)

Wali Paidi menyusuri jalan, pergi tanpa arah dan tujuan. Dia hanya berjalan dan berjalan. Lupa akan makan dan minum. Wali Paidi ingin menghindari orang2 yg mulai tahu kedudukannya. Mulai banyak orang sekarang yg memanggilnya gus, memanggilnya kyai bahkan ada yg terang2an memanggilnya sang wali. Kehidupan Wali Paidi sekarang tampak ramai, ada saja orang yg memerlukan bantuannya. Soal jodoh, soal penglaris dan ada juga yg hanya minta barokah do'a. Dan yg paling berat, ada yg minta diakui murid. Wali Paidi merasa terusik, dia ingin merasakan kehidupannya yg dulu. Orang2 hanya mengenalnya sebagai penjual minyak wangi dan pengajar alif2an di musholla kecilnya.

Wali Paidi (seri 7)

Setelah beberapa hari bersama Wali Paidi, si murid thoriqoh ini menghadap kepada guru mursyidnya guna melaporkan peristiwa yg dialaminya. Kira2 sepuluh meter dari gerbang pondok, si murid ini sudah disambut kawannya yg juga mondok disitu dg berkata, “ Kang .. sampeyan udah ditunggu Mas Yai di depan musholla pondok”. “ Lhoh ? Yai sudah menunggu to,” jawab si murid. “Iya Kang , tadi kira-kira setengah jam yg lalu aku disuruh Mas Yai membuat dua kopi. Dan beliau berpesan, setelah membuat kopi tolong taruh di depan musholla dan cepat2 kamu ke pintu gerbang karena dulurmu akan datang,” terang kawan si murid.

Wali Paidi (seri 6)

Pemuda santri thoriqot ini hanya diam , tidak berani berkata banyak di depan Wali Paidi. Suasana jadi hening, hanya terdengar suara Wali Paidi yg menghisap rokoknya. “ Monggo kopine kang , dan ini rokoknya,” Wali Paidi menawarkan kopi dan rokok Dji Sam Soenya. “Iya terimakasih,” setelah menyeruput kopinya pemuda, ini mengeluarkan rokok dan menyalakannya. “ Gimana kabarnya mas kiai mursyid,” tanya Wali Paidi. “Alhamdulillah baik-baik saja,“ jawab pemuda ini.

Wali Paidi (seri 5)

Sesampainya di rumah sehabis dari Gunung Arjuna, Wali Paidi menjalankan aktifitas sebagaimana biasanya. Tiap pagi Wali Paidi pergi ke pasar berjualan minyak wangi. Orang2 di pasar dan di rumahnya biasa memangilnya kang Paidi tukang minyak. Sekitar jam 1 siang Wali Paidi ini menutup tokonya dan pulang. Setelah sholat ashar sehabis istirahat siang Wali Paidi mengajari anak2 kecil di langgarnya belajar membaca qur'an sampai waktu magrib. Dulu di langgar Wali Paidi yg sederhana ini ramai sekali dipenuhi anak2 kecil yg belajar mengaji. Tapi setelah ada sistem iqro' dan qiroati, langgar Wali Paidi ini sepi. Anak2 pada pindah ke TPQ2 yg memang banyak tersebar di kampungnya Wali Paidi ini.

Wali Paidi (seri 4)

Keringat yg berbau kemenyan keluar dr pori-pori para prajurit raja jin, yakni Raja Ismoyo. Suasana tegang masih sangat terasa. Saking tegangnya, ada perajurit yg sampai terkencing-kencing di celana. Hehehe “Tuan wali, buat apakah korek tersebut kalau hamba boleh tahu,” tanya Raja Ismoyo. “Buat menyalakan ini dan membuat ini,” jawab Wali Paidi sambil menunjukkan rokok dan kopinya.

Wali Paidi (seri 3)

  Setelah beberapa hari di Indonesia, Wali Paidi berencana melakukan suluk nyepi ke gua di Gunung Arjuna sesuai perintah sang sulthonul aulia . Wali Paidi mulai berkemas untuk berangkat ke Gunung Arjuna. Berpres2 rokok sudah disiapkan mulai Dji Sam Soe, Gudang Garam dan Djarum sudah lengkap. Tidak ketinggalan kopi satu blek juga dibawanya.

Wali Paidi (seri 2)

Sehabis dari pertemuan di Makkah, Wali Paidi kembali lagi ke Indonesia. Wali Paidi ingin mencoba ilmu yang baru saja didapat dari temannya wali dari India, Naseer Khan. Yaitu ilmu melipat bumi. Teman Wali Paidi ini memang terkenal sakti, seluruh biksu di india tidak dapat menandingi kesaktiannya. Bahkan biksu dari tibet banyak yang masuk islam, setelah kalah bertarung dengan Naseer Khan ini.

Wali Paidi (seri 1)

Setiap tanggal 10 Arofah ada perkumpulan 40 wali di atas gunung di daerah Makkah. Ke-40 wali ini tersebar ke seluruh pelosok dunia. Dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit di daerah Makkah ini (maaf tempat dirahasiakan). Yang datang ada yg terbang, ada yg naik sajadah seperti Aladin, ada yg muncul dari bumi, ada yang naik burung. Bahkan ada yg cling…tahu-tahu sudah sampai di tempat.