Republik Indesonesia

Boikot Amerika? Woww….pasti keren banget tuh , Bro ! Gue sih oke-oke aja . Apalagi kalau aksi boikot ini ditandai dengan adegan teatrikal, dibikin termehek-mehek yang dramatis, dan dilakonkan secara kolosal. Andai gue jadi korlapnya, gue udah bayangin kalo gue bakal mendadak eksis. Yahhh…masuk kategori selebritislah. Kemana-mana bakal dikerubutin ABG alay, ada yang minta foto bareng, tanda tangan. Hmmm…..betapa asyiknya! Kapan mulai boikot, Bro? Eiitttt ….tunggu-tunggu Bro !!! Ngomong-ngomong , apanya nih yang mau diboikot? Negaranya? Orang-orangnya? Investasinya? Atau produknya? Coba deh , kita bicarakan dulu. Mumpung kita belum mulai boikot nih Bro, gue usul, kita nongkrong yuk di Starbucks. Haha…jangan sewot dululah Bro!

Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh!  Begitu petuah para leluhur. Jurus jitu warisan nenek moyang yang harus jadi pegangan dalam menghadapi wolak-walik'e jaman. Ya, itulah salah satu bentuk kearifan lokal yang belakangan sudah mulai tak laku di pasaran. Tergerus nalar impor yang lahir dari rahim materialisme. Andai saja falsafah ini masih menyatu dengan nafas kehidupan kita, tentu kita tidak akan mengalami kejang-kejang dalam menyikapi dinamika hidup. Kita tidak akan mudah baper, apalagi sampai galau. Karena kita tetap tenang di atas bangunan pondasi prinsip yang kokoh.