Langsung ke konten utama

Surat Tertutup Untuk Luhut B. Panjaitan

IMG_20180312_104628_937

SDM lokal lebih rendah? Ah...yang bener aja Pak? Saya bisa tersinggung nih! Bapak ini pejabat negara lho. Otomatis jadi etalasenya bangsa ini. Kok bisa-bisanya Bapak merendahkan bangsa sendiri. Ga takut kualat ama leluhur? Jangan-jangan itu hanya dalih untuk memasukkan tenaga kerja asing?



Dulu saya diajarin nyanyian heroik sama guru-guru saya, Pak. Kalau tidak salah lagunya begini :

Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Nah...Bapak masih ingat kan? Bayangkan Pak! Badai aja...sudah biasa. Ga seperti orang asing. Mau dilewatin Badai Friederika aja udah kalang kabut. Pemerintahnya woro-woro, warganya jadi takut sampai akhirnya pada nyungsep.

Orang Indonesia itu hebat, Pak. Masih ingat kan kiprah Raden Mas Panji Sosro Kartono yang sangat luar biasa itu? Dia termasuk tokoh kunci dalam perundingan damai Perang Dunia I. Di saat semua koran sedunia masih kasak-kusuk, beliau sudah menurunkan berita lengkap proses perundingan lewat The New York Herald Tribune tempatnya bekerja. Itu karena beliau terlibat dalam proses perundingan sebagai negosiator sekaligus penerjemah. Saking jeniusnya, kakak kandung RA Kartini itu bisa menguasai 24 bahasa asing & 10 bahasa daerah.

Trus SDM mana yang Pak Menteri bilang lebih rendah itu? SDM yang tiap hari ribut di medsos? Yang meskipun sudah punya gelar akademis berjejer-jejer tapi masih suka nggosip dan memperdebatkan hal-hal yang tidak krusial itu? Yang kewarasannya sudah tersandera kebencian? Yang kerjaannya tiap hari merepro hoax di medsos? Yang seperti itu jangan dijadikan patokan Pak. Karena mereka memang sedang membangun bangsa mereka sendiri. Mereka kan keturunan Bangsa Pesbukiya dan Bangsa Twitteria?

Kalau Pak Menteri pengen membangun bangsa ini, kaitannya dengan meningkatkan kualitas SDM lokal, harus dimulai dari Telkom Pak. Kok bisa? Iya...ini semua gegara skema tarif yang diberlakukan Telkom. Bukankah telepon lokal lebih murah dari interlokal? Nah, di situlah masalahnya.

Demikian aja surat dari saya Pak. Semoga bisa jadi bahan di rapat kabinet. Jangan lupa kopinya, Pak.

Wassalam,

Nb : ga usah dibalas, Pak.

@guslege

Penikmat Warung Kopi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebelet Ngislam

Kebelet pipis…? Kebelet be’ol…? Kebelet kawin…? Kebelet kaya…? Anda yang bukan orang Jawa mungkin akan bertanya2, apakah kebelet itu? Orang Arab bilang, maa hiya kebelet ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebelet diartikan sebagai : ingin sekali, tidak tertahankan lagi untuk melaksanakan keinginan. Apakah definisi KBBI itu sudah mewakili pengertian kebelet sesuai yang dimaksud oleh penemu kata kebelet ? Entahlah. Tapi setidaknya sudah cukup memberikan gambaran tentang arti kata kebelet . yakni adanya sebuah dorongan dari dalam untuk bersegera melakukan sesuatu.