Langsung ke konten utama

Partai Tu(h)an

hqdefault


Tadi pas menghadiri rutinan pagi di kloset, iseng-iseng saya mikir. Mungkin karena terbawa suasana kali ya? Karena siapapun yang sedang duduk di atas kloset, umumnya selalu terbayang-bayang masalah "bentuk". Dan saya pun sempat berpikir, Partai Tuhan dan Partai Setan itu kira2 seperti apa ya bentuknya? Hmmm....(tepok jidat).

Jujur, saya belum pernah dengar sebelumnya. Apakah itu berkaitan dengan "bentuk", atau hanya sekedar "istilah" saja. Saya segera menyudahi hajat dan meninggalkan kloset. Saya coba bongkar-bongkar gudang. Di kitabnya Montesqueiu, saya hanya menemukan teori Trias Politica.

Saya beralih ke kitab lainnya. Saya melirik "Lettres Philosophiques" karya agung dari Voltaire. Filosof masyhur dari Perancis itu menuliskan segala bentuk ketakjubannya atas praktek sistem politik di Inggris. Apalagi dia punya pengalaman pahit ketika harus keluar masuk penjara gegara karyanya. Hasilnya nihil. Tak ada satu keterangan pun tentang Partai Tuhan dan Partai Setan.

Hmmm...apa lagi ya? Ah, coba cari di maqolahnya John Locke. Di sana ada pembahasan khusus tentang batasan kekuasaan. Locke membagi kekuasaan dalam 3 bentuk : legislatif, eksekutif dan federatif. Sayangnya, legislatif dalam konsep Locke hanyalah sarang para bangsawan dan kaum beruang. Sedang eksekutif & federatif tidak lain adalah kepanjangan tangan raja dan para menteri. Ups! Lantas di mana maqomnya rakyat?

Coba beralih ke madzhab Nicolo Machiavelli. Ada 2 karya yang layak baca : "Discorsi Sopra La Prima Deca di Titus Livius" dan "II Principle". Di kitab yang kedua itu, Machiavelli dengan tegas memisahkan moralitas normatif dari prinsip kenegaraan. Inikah yang dimaksud Partai Setan? Ah, tidak juga. Karena Machiavelli mendorong moralitas mengabdi pada negara. Bukan pada setan dan nafsu individu. Apalagi setan yang masih doyan spagheti dan pizza seperti setan di republik ini.

Bagaimana dengan Antonio Gramsci? Apakah Partai Tuhan bersumber dari konsep "hegemoni" Gramsci? Bisa iya, bisa tidak. Partai Tuhan, dalam pemahaman saya, memang membentuk sebuah hegemoni dengan simbol-simbol agama. Tapi sayangnya, hegemoni itu dirumuskan atas dasar dominasi elit penguasa. Seperti yang diperankan partai Islam di negara kita. Dan Gramsci menolak model hegemoni seperti ini. Hegemoni, menurut Gramsci, harus dibangun berdasarkan kesadaran & penghargaan atas asasi manusia. Dan hegemoni yang seperti ini, perlu dirumuskan dan diperjuangkan.

So, apa sih sebenarnya Partai Tuhan itu? Sebab setau saya, yang paling ngetren saat ini ya Partai Tuan. Partai yang hanya bisa meladeni kebutuhan pundi-pundi para tuannya (elit partai). Kalau begitu, partai yang selalu mengeksploitasi simbol-simbol agama itu termasuk Partai Setan apa Partai Tuhan? Lha kalau partai yang demen mengeksploitasi kemiskinan, itu namanya partai apa?
Ah...semprul tenan! Dari mana sebenarnya Amien Rais mengambil rujukan teori Partai Tuhan dan Partai Setan itu? Sanadnya ke mana sih? Karena dalam khasanah keilmuan NU, sanad itu penting. Sesuatu yang tidak punya sanad yang jelas, akan tertolak. Sanad ini harus terjaga demi menjamin ketersambungan dengan Kanjeng Nabi Muhammad saw.

Tapi Amien Rais kan bukan NU? Ya iyalah...kalau Amien Rais NU pasti sudah jadi presiden seperti yang diimpikannya. Wong NU itu ga perlu mimpi saja tiba-tiba malah bisa jadi kenyataan kok. Justru yang kebelet itu (ati2 lho Cak Imin...qiqi), biasanya hanya akan jadi impian seumur hidup. Seperti Bung Amien yang istiqomah pengen jadi RI 1. Hehe...peace Mbah!

@guslege
Penikmat Warung Kopi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebelet Ngislam

Kebelet pipis…? Kebelet be’ol…? Kebelet kawin…? Kebelet kaya…? Anda yang bukan orang Jawa mungkin akan bertanya2, apakah kebelet itu? Orang Arab bilang, maa hiya kebelet ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebelet diartikan sebagai : ingin sekali, tidak tertahankan lagi untuk melaksanakan keinginan. Apakah definisi KBBI itu sudah mewakili pengertian kebelet sesuai yang dimaksud oleh penemu kata kebelet ? Entahlah. Tapi setidaknya sudah cukup memberikan gambaran tentang arti kata kebelet . yakni adanya sebuah dorongan dari dalam untuk bersegera melakukan sesuatu.