Langsung ke konten utama

Pasar Setan

Pasar
Istri minta antar ke pasar? Alamaaak...kiamat deh! Terbayang di mata, langkah kaki zig-zag sambil menggendong barang belanjaan. Menyelinap di antara bau keringat yang hanya bisa dikalahkan parfum sekelas Caron's Poivre yang perbotolnya bisa seharga Rp 26 juta. Sesekali terhenti di lapak pedagang karena harus menunggu istri negosiasi harga. Sumpah, ini adalah pekerjaan yang paling tidak mbois. Terutama bagi laki-laki sejati. Bisa jatuh harga diri ini di mata masyarakat. Hahaha....


Belum lagi kalau kita merewind piwulang para guru ngaji terkait 'najis'nya pasar. Beberapa dalil yang menceritakan tentang pasar di antaranya adalah dawuh Kanjeng Nabi Muhammad saw seperti yang diriwayatkan Abu Hurairah RA :

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar.” [HR. Muslim].

Kalau Tuhan membenci pasar, maka jangan dekati pasar. Kan begitu Bro? Kecuali kalau kamu memang pengen jadi makhluk yang paling dibenci. Mending kalau dibenci mantan pacar, itu lebih baik. Artinya, itu bisa jadi power agar kita bisa mencintai pasangan secara kaffah. Karena pintu CLBK otomatis sudah ditutup. Ngomong-ngomong, mantanku sudah benci apa masih kangen ya? Halah....

Masih ada dalil lain juga lho. Ini nih : "Jika kau mampu, janganlah engkau menjadi orang pertama yang masuk pasar dan jangan pula menjadi orang yang paling terakhir keluar dari pasar karena pasar itu adalah tempat peperangannya setan dan di sanalah ditancapkan benderanya.” [HR Muslim]

Gawat! Pasar adalah markas setan. Tempat bersarangnya para serdadu iblis. Kawah candradimuka tentara-tentara kejahatan dan kemaksiatan. Tapi, jangan coba-coba menyodorkan argumentasi ini kepada istri. Suer Bro! Hidupmu bakal terancam punah. Maka, berdamai sajalah. Nikmati saja 'wisata dosa' ini. Siapa tahu kau menemukan kemuliaan. Karena di balik kehinaan, biasanya ada intan mutiara. Asal kita bisa menemukannya.

Diam-diam saya pun mulai menikmati. Meski dengan seonggok barang belanjaan di tangan. Dialog demi dialog antara pedagang dan pembeli ataupun antar pedagang, mulai terdengar syahdu laiknya gedebuk drum Smells Like Teen Spirit-nya Nirvana. Tak terasa kepala pun mulai angguk-angguk menikmati irama.

Otak mencoba memecahkan kode enkripsi dialog yang seliweran. Ada ratusan kebohongan di sana. Ada setumpuk kepalsuan. Semua demi mencapai apa yang diinginkan. Pedagang memajang kepalsuan agar barangnya laku dan dapat untung. Pembeli pun menggunakan jurus penindasan warisan kompeni dengan tawaran yang keji. Dua hasrat bergumul menggapai puncak ereksi. Deal! Kedua kubu terpuaskan.

Iseng-iseng saya mikir. Pasar adalah markas setan. Tempat berkumpulnya tentara-tentara iblis. Bagaimana jika ada seseorang yang masuk ke dalamnya tapi tidak menjadi bagian dari tentara iblis? Dia bisa nggondeli tauhidnya, dan dia bisa menegakkan kebaikan dan kebenaran. Bukankah di mata Tuhan itu sesuatu yang sangat mulia? Bayangkan dalam suasana perang. Seorang prajurit yang berhasil menusuk jantung pertahanan musuh. Sebagaimana yang dilakukan Usman dan Harun (prajurit KKO) saat memporakporandakan Malaysia dan Singapura. Tak ada penghargaan yang lebih layak selain kenaikan pangkat setinggi-tingginya.

Mari kita gali lebih dalam lagi. Jika Tuhan sangat membenci pasar, lantas mengapa Muhammad dipilih menjadi kekasih-Nya? Bukankah sebagai pedagang, Muhammad juga blusukan pasar meski tidak pada musim kampanye? Lha wong jaman dulu belum ada Bukalapak. Mengapa yang dipilih pedagang? Kok bukan kepala Satpol PP, Ade Rai, Deddy Corbuzier atau Via Vallen saja? Yang pasti Tuhan tidak sedang bercanda.

Ya...pasar adalah tempat penyaksian yang paling ideal. Di sanalah miniatur kehidupan. Beragam model bentuk soal ujian ada di sana. Mulai dari pilihan ganda, benar-salah sampai soal uraian. Mulai pengujian kejujuran, keikhlasan, kesetiaan sampai urusan keteguhan hati. Bagaimana tidak. Melihat lapak sebelah laku, sementara tak satupun pengunjung mampir ke lapak kita. Di saat itulah, hati akan terasa cekot-cekot. Rasa iri hati dibumbu hasut mulai mengaliri darah. Jika dipupuk, lahirlah bibit fitnah dengan tudingan "Lapak sebelah pasti pakai dukun". Dan jika terus dipupuk, jadilah fitnah yang keji. Dan ujung-ujungnya, mulai terbesit untuk menggadaikan aqidah dengan rupa-rupa dupa. Demi segepok uang untuk membeli mimpi.

Pasar, sekali lagi, adalah medan perang paling berbahaya untuk menguji diri. Begitulah cara Tuhan berkomunikasi kepada kawulo-nya. Siapa yang bisa lolos, dialah Sang Muhammad. Maka jangan heran jika orang-orang pasar yang kuat nggandoli tauhidnya, dia akan menjadi intan mutiara ketika kembali ke masyarakat. Bagi yang tauhidnya masih terbangun di atas pasir, sebaiknya menjauh dari pasar. Berbahagialah ditakdirkan Tuhan menjadi orang-orang pasar.

Tapi ngomong-ngomong, jangan ngobong pasar lagi ya Bro! Please deh....



@guslege

(penikmat warung kopi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebelet Ngislam

Kebelet pipis…? Kebelet be’ol…? Kebelet kawin…? Kebelet kaya…? Anda yang bukan orang Jawa mungkin akan bertanya2, apakah kebelet itu? Orang Arab bilang, maa hiya kebelet ? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebelet diartikan sebagai : ingin sekali, tidak tertahankan lagi untuk melaksanakan keinginan. Apakah definisi KBBI itu sudah mewakili pengertian kebelet sesuai yang dimaksud oleh penemu kata kebelet ? Entahlah. Tapi setidaknya sudah cukup memberikan gambaran tentang arti kata kebelet . yakni adanya sebuah dorongan dari dalam untuk bersegera melakukan sesuatu.